Renungan Indah (Karya: WS Rendra)

Posted by AKUR Label: , , , , ,

Pengantar :

Menjalani hidup sebagai mahluk produktif tidak bisa dipungkiri salah satunya untuk pemenuhan materi. Pemenuhan materi itu cukup untuk kehidupan sehari-hari atau berlebihan tergantung hati ini merasa puas atau tidak.

Terkadang nafsu ini begitu besar sehingga menguasai akal dan kesucian hati sanubari yang mengakibatkan pengakuan materi yang diperoleh adalah mutlak milik diri ini. Tidak sadar diri ini bahwa semuanya itu ada Yang memiliki secara hakiki. Termasuk jiwa raga ini berada dalam genggaman-Nya. Dan hayat ini menjalani peran sebagai insan dan diminta mengikuti tuntunan-Nya.

Karya nan indah dari WS Rendra akan mengingatkan betapa kita tidak memiliki apa-apa dan hanya menggunakan titipan-Nya. Mengingatkan kita untuk rela kehilangan apa yang kita rasa menjadi milik kita. Silakan simak susunan kata nan indah bermakna berikut :


Renungan Indah
(WS Rendra)

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya : mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan,

seolah semua "derita" adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".....

0 komentar:

Posting Komentar